Langsung ke konten utama

(CERITA DIBALIK) Gelar Dokter part I


Bismillah.

Segala Puji bagi Engkau, Ya Alloh atas segala nikmat-Mu. Akhirnya setelah penantian panjang perburuan gelar dokter (dr.) yang melelahkan mengasyikan ini.

Sekelumit Cerita Preklinik

Masih ingat pada awal masuk kuliah dulu sebagai mahasiswa unyu - unyu. Masih jaim - jaiman. Masih penuh dengan idealisme sekolah kedokteran. Masih berburu dengan materi - materi untuk menyelesaikan kuliah dengan memuaskan.

Hari demi hari berjalan. 
Kuliah semakin penuh dengan jadwal. 
Tugas semakin menumpuk. 
Praktikum semakin banyak. Luar biasaaah. dari anatomi, histologi, patologi anatomi, mikrobiologi.
Diskusi tutorial yang semakin kesana kesini.
Amanah di organisasi semakin banyak.
Entahlah. apa itu indeks prestasi.

Dari situ semakin berjalan, idealisme saya bergeser.
Paradigma mahasiswa sehat berubah.
Saya ingin menjadi seseorang yang bermanfaat di masa depan.

Entah dengan ilmu saya.
Entah dengan tenaga saya.
Entah dengan kreativitas saya.
Entah dengan pengalaman saya.
Entah dengan apapun itu.
Saya ingin bermanfaat.

Dan persetan dengan IP. Hahahahaha..
yang penting lulus sik wae lah. Standard saya untuk sesi preklinik atau mahasiswa kedokteran pun turun.

Tetapi untungnya. Saya masih bersyukur Alhamdulillah. Bersekolah di Universitas Sebelas Maret yang saat itu masih dipimpin oleh Prof. DR. dr. Zainal Arifin Adnan, Sp. PD-KR, FINASIM. Idealisme kampus saat itu dengan standar yang tinggi.

Akhirnya, bisa nyombong nih, hahahah..segoblok - gobloknya saya, saya masih mudeng dan bisa njelasin patofisiologi penyakit minimal sesuai dengan kompetensi, cara kerja obat. Meskipun itu semua hanya dalam teori sih. ya..begitulah kehidupan preklinik secara garis besarnya.

Achilles, Pendidikan Dokter FK UNS 2010,
Mantaap jaya..
(bersambung)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mortui Vivos Doscent

Bismillah. Setelah bertahun - tahun berseragam sebagai mahasiswa kedokteran. Akhirnya resmi saya lulus dari Program Sarjana (S-1) Pendidikan Dokter FK UNS pada 17 Januari 2014 lalu dan diwisuda pada tanggal 8 Maret 2014. Satu quote yang saya masih selalu ingat pada masa masih di preklinik lalu adalah  "Mortui Vivos Doscent" Entah siapa yang memulai membuat quote ini. Bareng penasaran, langsung saya buka google. dan taraaa.. Quote yang saya artikan sebagai Dosen itu Mayat Hidup. Ternyata artinya berbeda jauh dengan apa yang saya pikirkan. Ini asli dari wikipedia tidak saya ubah tidak saya tambahkan, dan hasilnya adalah memang benar ini quote lebih cocok buat ahli anatomi, ahli bedah dan ahli forensik. tapi cuma bisa buat jadi pelengkap dasarnya. Bagi saya mungkin lebih suka dengan... "Vita magister est optimus" "Aliquam sed vivens mortuus vivos docent magister est optimus" Artinya : "Vita magister est optimus" - Kehidupan a

Ndoroisme

Tengah malam ini saya sedang terduduk, sesekali menenggak kopi dan berpikir, Ndoroisme itu nyata dan ada disekitar kita. Apa itu ndoroisme. Saya saja awalnya cuma berpikir pikir dan bergumam dalam hati opo kuwi ndoroisme..opo enek istilah ngonoan..(apa itu ndoroisme. Apa ada istilah seperti itu. Ya memang sih tidak ada istilah seperti itu, tapi setidaknya ada orang yang pernah menulis tentang hal ini, yaitu Pak Ahmad Syafii Maarif dalam artikel  "Ndoroisme" Part I beliau tulis di republika online. Kurang lebih begini yang beliau tulis. "Sikap hidup pejabat atau majikan yang serba-ndoro (tuan, majikan), ingin selalu diperlakukan sebagai tuan, laki-laki atau perempuan ( kakung utawi putri )." Bahkan beliau juga memaparkan dalam artikel tsb perwujudan atau contoh contoh sikap ndoroisme bersama dengan couple-ndoroisme alias babuisme ;)) "Perwujudan 'ndoroisme' ini bisa terlihat dalam berbagai bentuk: bersikap ABS-AIS (asal bapak senang-asal ibu senang), mem

The Outlier: Mas Pandu

Sejenak teringat seseorang - salah satu orang yang begitu inspiratif melekat dalam benak saya. Mas Pandu. Ya beliau adalah mas Pandu, Almarhum Mas Pandu. Beliau adik kelas saya, salah seorang outlier yang benar benar outlier dalam segalanya. Sosok beliau yang tinggi, bicara lembut tapi tegas, dan berprinsip. Bersyukur saya dipertemukan dengan beliau selama masa SMA. Menjadi adik kelas beliau pas. Sosok beliau menjadi inspirasi saat melatih kami adik kelas beliau dalam pleton inti, pasukan baris berbaris SMA Negeri 1 Bantul. Beliau sebagai pembeda memberikan kelembutan dalam pelatihan PBB. Metode yang berbeda dengan yang sebelum sebelumnya. Bukan dengan banyak hukuman tetapi konsekuensi dan tanggungjawab ketika tidak disiplin dan melakukan kesalahan. Kami diberikan pemahaman, bukan dipaksa untuk menjalani hukuman atas kesalahan. Tipis bukan perbedaannya? Inspirasi beliau tidak hanya dalam hal itu saja. Beliau ternyata memang memiliki banyak pengaruh dan juga prestasi terutama di dalam