Seminggu telah berlalu dari kepergian simbah kakung. Kisah kisah lalu beliau masih tak lepas lepasnya diceritakan oleh Bapakku yang kemarin sudah diceritakan kepadaku juga Om dan tanteku. Menceritakan kebaikan kebaikan Simbah. Kenangan ataukah proses mengenang dan bisa jadi mereka masih sedih, tidak percaya atau memang koping karena merasa kehilangan simbah. Ya begitu tercintanya simbah.
Saya sebagai cucunya sendiri, amat sangat sedih dan selalu berkata simbah itu adalah orang yang baik dan selalu jadi salah satu panutan dan pantas menjadi panutan bagi kami cucu cucunya, generasi penerusnya.
Bukannya saya meriya'kan kebaikan simbah, tetapi saya tulis di blog saya ini dengan harapan saya dapat jadikan kenangan ataupun pelajaran bagi saya ataupun anak anak saya kelak jika membacanya.
Simbah memberikan contoh tentang kesederhanaan bagi saya. Pada masa tuanya ini khususnya, simbah yang dikaruniai putra putri yang amat sangat mampu beliau tetap memilih gaya hidup sederhana. Menikmati usia senja dengan banyak dirumah, beribadah, pakaian secukupnya. Makan pun tidak perlu makan yang mewah.
Ingatan saya, jika mengingat simbah bagaimana simbah adalah seorang lansia yang bugar. Saya pernah dibuat takjub oleh simbah karena saya yang masih ngos ngosan bahkan kesusahan melakukan pull up tapi simbah dapat melakukannya bahkan dengan mudah. Wow. Saya langsung merasa tertampar. Simbah yang saat itu masih berusia 70 tahun, dengan saya yg saat itu masih muda berumur belasan tahun. Wow.
Masih (dan selalu) bermurah hati. Contoh untuk bermurah hati selalu dicontohkan oleh simbah. Bagaimana tidak. Saya hingga punya anak ini kalau pulang Bantul atau setiap Idul Fitri selalu diberikan uang oleh simbah. "Le nggo tuku melek(buat tambah beli susu)" Atau kalau lebaran "Ki, nggo Gunung. Putuku e.. " Saya selalu mengenang tawa kekeh simbah ketika membagikan fitrah uang saku lebaran bagi kami cucu cucunya.
Kenangan lain bagi kami, keluarga yang ditinggalkan Simbah adalah kemandirian dan keistiqomahan dalam beribadah yang dilakukan beliau. Simbah selama masa senja nya adalah seorang yang rajin dan taat beribadah. Kisah dari bestie beliau Wo Iro. Simbah masih sempat sholat dhuhur sebelum dipanggil menghadap. Simbah juga selalu taat menjalankan sholat 5 waktu. Simbah pun mandiri ingin mencoba melakukan semuanya sendiri, hingga pada akhir usianya kemarin. Simbah mengalami Lemah Jantung. Simbah mungkin mulai payah, berat untuk aktivitas akhirnya harus dibantu untuk daily activity nya seperti mandi. Makan mulai malas karena ya, saya tahu, simbah mulai melemah diakhir hayatnya.
Simbah akhirnya berpulang, dengan in syaa Alloh tenang di Rumah. Simbah berpulang tidur di dipan tempat simbah putri meninggal dulu. Simbah mengalami perburukan tapi sudah dalam kondisi sakaratul maut. Kalimat La ilaaha ilallah tak putus putus dilantunkan om saya pada saat itu. Berselang beberapa saat ketika putra putrinya datang menemui simbah, akhirnya simbah harus berpulang dan menghembuskan nafas terakhir nya.
Simbah. Terima kasih atas gen, keturunan Darmo yang sudah diberikan kepada Ayah - Ibu kami, yang terwariskan kepada kami. Terima kasih atas didikan kepada Bapak - Ibu kami, sehingga bisa diturunkan diajarkan kepada kami. Saya mungkin hanyalah cucumu, tapi saya tahu dan in syaa Alloh paham atas apa yang simbah ajarkan kepada kami. Pesan terakhir simbah kepada kami : "Kudu Ngati ati (harus berhati - hati)" In syaa Alloh Akan kami patri dalam hati kami dan ingat. Ya tansah ngati ati ing tumindak.
Semoga beristirahat dengan tenang, amal kebaikan simbah diterima Alloh, dan semoga kami anak cucu simbah dapat menjadi pewaris kebaikan dan kesholih-sholihahan agar menjadi pahala jariyah simbah dan bisa mendoakan simbah sebagai keturunan yang sholeh. Amiiin
Komentar