Menilik draft yang saya buat di blog saya ini, tetiba saya penasaran dengan judul draft ini. Batas idealis dan realistis.
Judul ini menurut saya suatu waktu ketika kita dipertemukan oleh takdir yang berbeda dengan apa yang kita inginkan. Ada rasa pahit dan getir yang akan menusuk ke hati, ke dalam pikiran, bahkan bisa jadi dalam mental kita.
Sebenarnya ada tidak sih batas antara idealis dan realistis. Jujur menurut kacamata saya tidak ada. Batas ini menjadi ada dan tebal ketika kita sudah terbentur dengan berbagai keadaan dilapangan yang membuat kita menjadi "Ya Sudahlah.. "
Oke.
Mari kita bicarakan ya nak..
Dalam konsep pikir atau ide seseorang, yang sudah menemukan berbagai pengalaman, berbagai gagasan yang ada didalam kehidupannya, yang membuat orang itu mencapai puncak atau menyakini ada orang yang mencapai puncak karena melakukan itu, atau ada nilai yang mengharuskan individu tersebut untuk melakukan hal yang ideal tersebut. Hal ini yang saya anggap sebagai idealisme. Idealisme menurut saya sangat bersifat subjektif dan setiap orang semirip apapun idealisme nya tidak akan ada yang sama persis. Menurut bapak, seseorang yang mungkin memiliki idealisme yang mirip denganmu orang lain tidak akan bisa dikatakan memiliki idealisme sama tetapi visinya sama. Memiliki pandangan yang sama.
Hal ini akan banyak mengalami benturan dengan realita di lapangan, sistem norma yang berlaku di lapangan, seburuk apapun itu, se-amburadul apapun itu. Akan membenturkan gagasan yang ada dalam pikiran, hati kecil beliau untuk mengimplikasikan mengimplementasikan idealisme nya.
Seseorang biasanya yang memiliki idealisme bagus dan "that concept works in society" biasanya tidaklah memiliki idealisme yang 100% sesuai dengan apa yang dia harapkan karena pasti ada pelanggaran yang dilakukan orang dan bisa jadi dia tidak bisa berbuat apa apa, atau ada tekanan dari pihak lain yang akhirnya membuat toleransi terhadap kesalahan yang menjadi cukup tinggi. Dalam kacamata saya sebenarnya hal ini pula nantinya yang bisa jadi akan menyulitkan kita sendiri.
Lalu bagaimana jika hal ini terjadi.
Akan terjadi banyak benturan antara idealisme yang ada di aturan atau diri kita untuk menjalankan tetapi kita juga akan terbentur dengan kondisi di lapangan yang belum siap, entah dengan alasan sumber daya baik manusianya atau sarana prasarana nya dan yang lain. Hal ini kadang akan membuat kita pesimis dan mungkin bahasa Gen Z nya "kena mental".
Tapi bukan itu tugas kita.
Nak, tugas kita mengusahakan idealisme kita. Dalam proses implementasi suatu kebijakan atau aturan, dapat terjadi dalam skala kecil atau besar. Ingat takar risiko. Jika survey secara mayoritas bisa mengikuti bisa diusahakan dengan skala besar. Jika secara survey mayoritas agak kesusahan harus mengusahakan di skala minor atau dengan sampling bertahap terlebih dahulu. Lalu, ingat. Di manapun dan sampai kapan pun akan ada orang yang menentang atau kontra terhadap suatu kebijakan atau peraturan. Jika kita memegang jabatan tertinggi dalam suatu hierarki kita bisa bertahap memberikan arahan terhadap personel atau oknum yang melakukan hal tersebut, secara bertahap dan memiliki batas waktu. Tapi jika Jabatan kita hanya menengah, satu komunikasikan dulu terhadap yang bersangkutan lalu jika tidak berhasil? Represi eh.. Gunakan kekuatan yang lebih tinggi dari kita. Tugas mereka lah yang lebih bisa melakukan atau membuat kebijakan yang lebih kuat. Jika dan hanya jika mereka tidak mempunyai kebijakan dan tidak mau mengambil tindakan. Saatnya Anda mundur atau "Ya Sudahlah".
Ya nak. Ingat. Ikhtiar nomer 1, pasrah atau tawakkal dilakukan setelah melakukan hal yang terbaik. Harapannya jelas, hasilnya yang terbaik. Jika memang idealisme mu harus kalah dengan realita, ya tidak apa apa nak. Bapak selalu mendukung mu dan bapak tahu, kamu sudah dan selalu berbuat hal yang terbaik bagi dirimu. Mungkin beberapa hari kita bersama akan kecewa tapi bukan itu yang ingin bapak sampaikan disini. Pesan bapak adalah bangkit dan melompat kembali. Bounce back higher. We can fly to the moon, we can reach the star!
Komentar