Langsung ke konten utama

Long life learning



Bismillahirohmaanirohiim..

Assalamu'alaykum Wr. Wb.
Mengenai long life learning yang selalu digembor gemborkan oleh dosen saya dahulu. Ya..kita akan selalu belajar untuk menjadi lebih baik dan tentunya untuk menjadi dokter yang terbaik bagi pasien kita. Sesuai idealisme kita. Saat masuk di awal kuliah dahulu, kita meraba - raba apa yang akan kita pelajari dan tentu kita akan menentukan standar yang tinggi untuk apa yang kita capai. Bukan hanya sekadar lulus saja. Akan tetapi, setelah lambat laun kuliah berjalan, ada beberapa orang yang mulai luntur dan melunak dengan idealisme mereka, ada yang tetap tegar, dan bahkan ada yang akan menyerah.
Tetapi, kita diberi Allah kemampuan untuk selalu beradaptasi dan Alhamdulillah, a brilliant "machine" , yeah, that is our body. All part our body will always learn especially about medical, about human body. 
Nah..it is time to get our idealisme back. Time to remember our vision set it as our main vision and kembangkan itu. Ya.. seiring berjalannya waktu tentu kita belajar, tetapi saya harap dan saya tetap memperjuangkan visi saya. Untuk menjadi yang lebih baik.
Well, lalu hubungannya dengan gambar Mas Gregory House, MD diatas apa?
Ya, salah satunya kita bisa belajar dimana mana termasuk dari TV. Tapi ingat, Jangan sampai TV mempengaruhi Anda, You'll get a big picture but you have to drive your own. You responsible with everything with your life. Not your parent, not your wife, not your friend or the other.
Kembali lagi ke mas House ya. Alhamdulillah ada beberapa hal yang bisa dipelajari dari TV series ini. 

1. Everybody Lies
As a main slogan and you'll hear this at many time while watching this series. If you catch it raw, you don't watch the movies you'll think, almost 80% of our diagnosis come from anamnesis, what if our patient lie? can i get my diagnosis? Of course come back to main picture, you have brain, use it. Saatnya crossmatch dengan kondisi klinis pasien, another history record, dan lainnya. Menurut saya, memang ini salah satu inti dari ilmu kedokteran, kita ga boleh mudah percaya dengan apa yang dikatakan oleh pasien kita. Tidak semua yang dikatakan pasien benar, dan tidak semua yang dikatakan pasien salah, kita harus selalu melihat dengan teliti. 


2. Be Objective
Ada beberapa epusode dalam series ini yang ingin mengajarkan kita untuk bersikap obyektif saat berhadapan dengan pasien, saat menghadapi kasus. Entah pasien dalam kondisi yang menyedihkan dan lain - lain. Saat preklinik dahulu kita sering diajari untuk bersikap EMPATIS bukan SIMPATI, EMPATI tentu jauh berbeda dengan simpati karena Empati tidak melibatkan emosi, tidak melibatkan hati. Ya, kita boleh malah sangat diharuskan untuk melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan pasien atau membantu mengobati penyakit pasien, tetapi kita tidak disana untuk ikut menangis bersama keluarga pasien, tidak meratapi kegagalan dan sebagainya. It is our job, we love our job, but we don't use love while meet the case. We use our brain. So, Make it logically. Because the medical service, from us, should based on the theory.

3. Be RIGHT isn't always you are be loved
Maksud saya, intinya, saat kita yakin kita benar, dan kita punya landasan tentang itu, yakini dan show them, you're right. Anda tidak selalu mempunyai pendukung yang selalu membenarkan perkataan Anda. Argueing and debatting is just a wave when you are sailing to your mission. Jangan pernah takut jika Anda sudah mempunyai dasar yang benar dan kuat. Jangan berdasar apa yang Anda yakini saja tanpa tahu itu benar atau salah. Great Foundation always lead to great building, be deep and rooting and make it right. i will state it agin, Prove you are right, they'll follow you. And never trust the one who always say yes to your argument.  

4. Always seeking for the truth
Selain itu, juga yang tidak kalah penting adalah membuktikan kebenaran dengan sebenar - benarnya, tanpa manipulasi.Selalu dalam setiap episode diceritakan Doctor House melakukan perbuatan yang menurut saya memang itu diluar nalar dan sebenarnya tidak relevan dengan kejadian di dunia nyata. Tetapi yang harus kita Ambil pelajaran adalah bagaimana dia ingin tahu kebenaran dan mencari kebenaran berdasarkan teori dan berdasarkan pada apa yang dia pelajari.


5. Belajar dan tetap terus belajar.
Dalam film tersebut disela - sela film kita akan melihat beberapa scene, baik itu dr. House, dr. Foreman, dr. Wilson, dr. Cameron, dr. Chase belajar dari jurnal, belajar lagi untuk membuktikan diagnosis yang ingin mereka kejar. Ya, selalu belajar, selalu membuka buku kembali. Jadi, Kalau ada yang bilang, kalau sudah selesai sekolah ya sudah selesai belajarnya, itu salah. dan mindset itu yang nantinya akan membuat kita tergilas oleh perubahan zaman. Bagi saya sendiri dan pembaca budiman, belajar harus selalu kita lakukan. terutama yang menunjang dalam profesi kita.


Saya rasa saya baru menemukan ini, sebenarnya masih banyak sih, cuma saya masih belum terbiasa menulis banyak kalimat. (alesan.red). Semoga tulisan saya bermanfaat bagi Anda ataupun saya nantinya. Mohon maaf apabila ada salah kalimat dalam penulisan. Sekian Saja.

Wassalamu'alaykum Wr. Wb.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mortui Vivos Doscent

Bismillah. Setelah bertahun - tahun berseragam sebagai mahasiswa kedokteran. Akhirnya resmi saya lulus dari Program Sarjana (S-1) Pendidikan Dokter FK UNS pada 17 Januari 2014 lalu dan diwisuda pada tanggal 8 Maret 2014. Satu quote yang saya masih selalu ingat pada masa masih di preklinik lalu adalah  "Mortui Vivos Doscent" Entah siapa yang memulai membuat quote ini. Bareng penasaran, langsung saya buka google. dan taraaa.. Quote yang saya artikan sebagai Dosen itu Mayat Hidup. Ternyata artinya berbeda jauh dengan apa yang saya pikirkan. Ini asli dari wikipedia tidak saya ubah tidak saya tambahkan, dan hasilnya adalah memang benar ini quote lebih cocok buat ahli anatomi, ahli bedah dan ahli forensik. tapi cuma bisa buat jadi pelengkap dasarnya. Bagi saya mungkin lebih suka dengan... "Vita magister est optimus" "Aliquam sed vivens mortuus vivos docent magister est optimus" Artinya : "Vita magister est optimus" - Kehidupan a

Ndoroisme

Tengah malam ini saya sedang terduduk, sesekali menenggak kopi dan berpikir, Ndoroisme itu nyata dan ada disekitar kita. Apa itu ndoroisme. Saya saja awalnya cuma berpikir pikir dan bergumam dalam hati opo kuwi ndoroisme..opo enek istilah ngonoan..(apa itu ndoroisme. Apa ada istilah seperti itu. Ya memang sih tidak ada istilah seperti itu, tapi setidaknya ada orang yang pernah menulis tentang hal ini, yaitu Pak Ahmad Syafii Maarif dalam artikel  "Ndoroisme" Part I beliau tulis di republika online. Kurang lebih begini yang beliau tulis. "Sikap hidup pejabat atau majikan yang serba-ndoro (tuan, majikan), ingin selalu diperlakukan sebagai tuan, laki-laki atau perempuan ( kakung utawi putri )." Bahkan beliau juga memaparkan dalam artikel tsb perwujudan atau contoh contoh sikap ndoroisme bersama dengan couple-ndoroisme alias babuisme ;)) "Perwujudan 'ndoroisme' ini bisa terlihat dalam berbagai bentuk: bersikap ABS-AIS (asal bapak senang-asal ibu senang), mem

The Outlier: Mas Pandu

Sejenak teringat seseorang - salah satu orang yang begitu inspiratif melekat dalam benak saya. Mas Pandu. Ya beliau adalah mas Pandu, Almarhum Mas Pandu. Beliau adik kelas saya, salah seorang outlier yang benar benar outlier dalam segalanya. Sosok beliau yang tinggi, bicara lembut tapi tegas, dan berprinsip. Bersyukur saya dipertemukan dengan beliau selama masa SMA. Menjadi adik kelas beliau pas. Sosok beliau menjadi inspirasi saat melatih kami adik kelas beliau dalam pleton inti, pasukan baris berbaris SMA Negeri 1 Bantul. Beliau sebagai pembeda memberikan kelembutan dalam pelatihan PBB. Metode yang berbeda dengan yang sebelum sebelumnya. Bukan dengan banyak hukuman tetapi konsekuensi dan tanggungjawab ketika tidak disiplin dan melakukan kesalahan. Kami diberikan pemahaman, bukan dipaksa untuk menjalani hukuman atas kesalahan. Tipis bukan perbedaannya? Inspirasi beliau tidak hanya dalam hal itu saja. Beliau ternyata memang memiliki banyak pengaruh dan juga prestasi terutama di dalam