Langsung ke konten utama

Dehisensi Segmen Bawah Rahim pada Pasien Sectio Caesarea

Definisi

Dehisensi segmen bawah rahim adalah kondisi terbukanya kembali atau penipisan sebagian dari luka sayatan yang dibuat pada segmen bawah rahim selama prosedur sectio caesarea (SC), tanpa adanya ruptur total pada uterus. Dehisensi terjadi akibat penyembuhan luka yang tidak sempurna, dan meskipun sebagian besar kasusnya tidak menimbulkan gejala berat, namun dapat berisiko untuk terjadi ruptur uteri pada kehamilan selanjutnya.


Definisi Epidemiologi

Epidemiologi dehisensi segmen bawah rahim merujuk pada frekuensi atau tingkat kejadian dehisensi segmen bawah rahim pasca-sectio caesarea dalam populasi tertentu. Dehisensi segmen bawah rahim adalah kondisi di mana terdapat penipisan atau terbukanya kembali luka sayatan pada segmen bawah rahim setelah operasi sectio caesarea (SC), yang dapat berisiko mengarah pada ruptur uteri pada kehamilan selanjutnya.


Angka Kejadian

Dehisensi segmen bawah rahim pada umumnya dianggap komplikasi langka pasca-sectio caesarea, namun, angka kejadiannya dapat bervariasi tergantung pada faktor risiko yang dimiliki pasien dan praktik medis yang diterapkan.

Berdasarkan literatur yang ada, angka kejadian dehisensi rahim setelah sectio caesarea bervariasi antara 0,2% hingga 0,7% pada kehamilan selanjutnya, tetapi prevalensinya dapat lebih tinggi pada pasien dengan faktor risiko tertentu, seperti:

1. Riwayat sectio caesarea berulang: Pasien yang memiliki lebih dari satu bekas sayatan SC memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami dehisensi.

2. Infeksi rahim (endometritis) atau infeksi luka SC yang memengaruhi proses penyembuhan.

3. Teknik jahitan yang buruk: Penutupan yang tidak optimal dapat menyebabkan komplikasi penyembuhan luka yang buruk.

4. Interval kehamilan yang pendek: Kehamilan yang terjadi dalam waktu kurang dari 18 bulan setelah SC sebelumnya berisiko lebih tinggi.

5. Penggunaan obat uterotonik berlebihan: Misalnya, penggunaan oksitosin yang berlebihan untuk mempercepat persalinan.


Faktor Risiko

Beberapa faktor risiko yang terkait dengan dehisensi segmen bawah rahim meliputi:

1. Jumlah operasi SC sebelumnya

Setiap kali wanita menjalani sectio caesarea, risiko dehisensi pada kehamilan berikutnya akan meningkat, terutama jika dilakukan SC berulang (lebih dari satu kali).

2. Teknik bedah

Teknik jahitan dan penutupan yang digunakan oleh dokter bedah sangat berpengaruh terhadap risiko dehisensi. Teknik single-layer closure lebih berisiko dibandingkan double-layer closure dalam mencegah dehisensi.

3. Usia ibu

Wanita dengan usia lebih dari 35 tahun cenderung memiliki risiko lebih tinggi terhadap dehisensi rahim, terutama bila disertai dengan kehamilan berulang atau interval kehamilan yang pendek.

4. Kehamilan multipel

Kehamilan kembar atau multipel dapat meningkatkan tekanan pada rahim, yang mengarah pada risiko lebih tinggi terhadap dehisensi, terutama pada pasien dengan bekas SC.

5. Riwayat infeksi atau komplikasi pada SC sebelumnya

Infeksi pada luka atau endometritis dapat mengganggu proses penyembuhan dan meningkatkan risiko dehisensi rahim.

6. Jarak kehamilan yang pendek

Kehamilan yang terjadi dalam waktu kurang dari 18 bulan setelah operasi SC sebelumnya lebih rentan terhadap risiko dehisensi.

Peran Teknologi dalam Deteksi dan Epidemiologi

Kemajuan dalam teknologi diagnostik, seperti penggunaan ultrasonografi transvaginal, MRI, dan laparoskopi, telah membantu dalam mendeteksi dehisensi segmen bawah rahim pada pasien pasca SC, meskipun pada banyak kasus, kondisi ini tetap terdeteksi hanya saat operasi SC ulang.

Studi Epidemiologi

Beberapa studi epidemiologi yang dilakukan menunjukkan bahwa prevalensi dehisensi segmen bawah rahim cenderung meningkat pada populasi dengan komplikasi SC sebelumnya. Sebagai contoh, studi oleh Landon et al. (2011) menemukan bahwa wanita dengan lebih dari satu operasi SC memiliki risiko 1,3-2 kali lebih tinggi mengalami komplikasi dehisensi pada kehamilan berikutnya.

Angka Mortalitas dan Morbiditas

Secara umum, mortalitas akibat dehisensi segmen bawah rahim sangat jarang, namun morbiditas yang dihasilkan dapat signifikan, terutama jika berkembang menjadi ruptur uteri. Jika ruptur terjadi, mortalitas ibu dan janin dapat meningkat, terutama pada kasus yang terlambat didiagnosis.

Perbandingan dengan Negara Berkembang dan Negara Maju

Angka kejadian dehisensi segmen bawah rahim dapat bervariasi tergantung pada standar pelayanan medis yang ada. Di negara maju, di mana teknik bedah dan perawatan pascaoperasi lebih baik, angka kejadian dehisensi cenderung lebih rendah. Sebaliknya, di negara berkembang, risiko ini lebih tinggi karena keterbatasan dalam teknik bedah atau akses ke fasilitas kesehatan yang memadai.

Pencegahan

Beberapa langkah pencegahan untuk mengurangi angka kejadian dehisensi segmen bawah rahim termasuk:

Penerapan teknik jahitan yang baik, terutama penggunaan double-layer closure.

Memberikan interval kehamilan yang cukup panjang, minimal 18-24 bulan setelah SC sebelumnya.

Penggunaan antibiotik profilaksis untuk mengurangi infeksi pascaoperasi.


Patofisiologi

Pada proses sectio caesarea, insisi dibuat pada segmen bawah rahim (low transverse incision). Setelah operasi, proses penyembuhan luka terjadi melalui proses proliferasi dan remodeling. Dehisensi terjadi ketika proses penyembuhan ini terhambat oleh berbagai faktor, seperti infeksi, teknik jahitan yang kurang baik, atau tekanan intrauterin yang tinggi. Tekanan dari kehamilan berikutnya atau kontraksi uterus bisa memperburuk kondisi ini, bahkan menyebabkan ruptur uteri.


Beberapa mekanisme penyebab dehisensi meliputi:

Penipisan miometrium pada segmen bawah rahim

Infeksi yang mengganggu proses penyembuhan luka

Jahitan yang longgar atau tidak memadai selama operasi


Tanda dan Gejala

Dehisensi segmen bawah rahim pada banyak kasus bisa asimptomatik, dan hanya ditemukan secara insidental saat operasi SC berikutnya. Namun, beberapa gejala yang mungkin muncul meliputi:

Nyeri perut bawah kronis, terutama saat hamil kembali

Perdarahan pervaginam ringan pada beberapa kasus

Rasa tidak nyaman atau nyeri saat hubungan seksual

Pada kasus yang lebih berat, seperti ruptur uteri, dapat muncul:

Nyeri hebat mendadak

Perdarahan hebat

Hipotensi dan syok

Fetal distress atau hilangnya detak jantung janin


Kriteria Diagnosis

Diagnosis dehisensi segmen bawah rahim dapat ditegakkan berdasarkan:

1. Gejala klinis yang teramati pada pasien

2. Temuan pada pemeriksaan penunjang seperti USG atau MRI


Cara Penegakkan Diagnosis

Diagnosis dehisensi pada umumnya dilakukan melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, sebagai berikut:

1. Ultrasonografi: Pemeriksaan pertama yang sering dilakukan untuk melihat penipisan dinding rahim pada segmen bawah. Pada dehisensi ringan, dapat terlihat adanya penipisan miometrium, atau defek pada segmen bawah rahim.

2. MRI: Digunakan untuk evaluasi lebih mendalam dan membantu dalam perencanaan pengelolaan kasus lebih lanjut.

3. Temuan intraoperatif: Pada operasi SC ulang, dehisensi dapat ditemukan secara langsung dalam bentuk “jendela rahim” (uterine window), yakni penipisan miometrium yang sangat tipis atau terbuka sebagian.

4. Histeroskopi (dalam beberapa kasus): Mungkin diperlukan untuk evaluasi lebih lanjut terutama jika ada kecurigaan terhadap komplikasi lain seperti adhesi atau keloid.

Pemeriksaan Penunjang

1. Ultrasonografi Transabdominal atau Transvaginal:

Penipisan miometrium pada segmen bawah rahim terlihat dengan tebal dinding <2,5 mm menunjukkan risiko tinggi untuk dehisensi atau ruptur.

Defek atau rongga pada dinding rahim dapat terdeteksi melalui pemeriksaan ini.

2. MRI:

Penggunaan MRI dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai struktur jaringan rahim, membantu dalam menilai integritas dinding rahim dan defek pada segmen bawah rahim.

3. Laparotomi (Operasi Ulang):

Pada kasus dengan risiko tinggi atau jika terjadi ruptur uteri, laparotomi emergensi diperlukan untuk reparasi dinding rahim atau histerektomi.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dehisensi segmen bawah rahim disesuaikan dengan gejala klinis serta kehamilan pasien saat itu:

1. Asimptomatik:

Pada pasien yang tidak bergejala dan tidak hamil, cukup dengan observasi dan edukasi mengenai potensi risiko pada kehamilan berikutnya.

2. Hamil dengan Dehisensi:

Pada pasien yang hamil, dilakukan observasi ketat selama kehamilan dan kemungkinan operasi SC ulang pada kehamilan berikutnya sebelum persalinan dimulai.

3. Perdarahan atau Infeksi:

Pada dehisensi yang menyebabkan perdarahan atau infeksi, dilakukan penanganan dengan reparasi bedah untuk menutup luka dan mengatasi infeksi.

4. Ruptur Uteri:

Jika terjadi ruptur uteri, dilakukan laparotomi emergensi dengan kemungkinan dilakukan histerektomi jika kondisinya mengancam nyawa pasien atau janin.


Pencegahan

Teknik bedah double layer closure saat SC, yang terbukti mengurangi risiko dehisensi.

Jarak kehamilan minimal 18-24 bulan setelah SC untuk memberikan waktu yang cukup bagi penyembuhan luka.

Kontrol infeksi dengan pemberian antibiotik profilaksis pasca operasi SC.

Evaluasi status luka rahim pada pasien yang berencana hamil kembali setelah SC.

---

Referensi

1. Cunningham, F. Gary, et al. Williams Obstetrics, 25th ed., McGraw-Hill Education, 2018.

2. Sarwono, S. Ilmu Kandungan (Obstetri), Edisi 6, Buku Kedokteran EGC, 2016.

3. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG). Practice Bulletin No. 176: Cesarean Delivery. Obstetrics & Gynecology. 2016;128(4): e99-e109.

4. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists (RCOG). Management of Obstetric Complications: Caesarean Section and Uterine Dehiscence. BJOG: An International Journal of Obstetrics & Gynaecology. 2019;126(1): 4-10.

5. Risk Factors and Management of Uterine Dehiscence Post-Cesarean Section: A Review of Literature. Jurnal Kedokteran Indonesia, 2020; 71(2): 103-110. Epidemiologi Dehisensi Segmen Bawah Rahim






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tidak Perlu

Suatu hari nak.. Jika kamu menyalahkan orang lain atas keadaanmu.. Jika kamu menyalahkan situasi atas kejadian yang terjadi pada dirimu... Ingatlah selalu... Dunia ini tidak hanya berpusat kepada dirimu... Kehidupanmu lah yang membuat dunia terasa bergerak pada dirimu.. Bukan Bapak memintamu untuk menyalahkan hidupmu, tetapi Bapak minta kamu berjalan bergeraklah dengan kehidupanmu itu untuk mengubah apa yang terjadi kepadamu... Mungkin ada hal yang bisa bapak ajarkan kepadamu.. Mungkin ada hal yang sempat bisa bapak contohkan kepadamu.. Tetapi masih ada banyak hal... Ada banyak ilmu.. Ada banyak pelajaran yang selalu bisa kamu pahami dan pelajari sendiri kelak.. Ingatlah selalu.. Kita bertanggungjawab atas hidup kita sendiri.. atas apa yang kita pilih.. kita lakukan.. Kita bisa sedih karena orang lain.. Kita bisa kecewa karena perbuatan orang lain.. Bahkan kita pun bisa ikut bahagia hanya karena orang lain bahagia... Lalu, kenapa bisa begitu? Itulah tadi.. Pilihanmu untuk b...

Sesingkat itu..

 Nak, kali ini bapak akan mengingatkanmu tentang konsep manners matter. Ya bagaimana manners Kita sangat berpengaruh dalam kehidupan kita. Bagaimana attitude akan berpengaruh besar dalam kehidupan kita. Sepenting itu kah. Benar. Manners Dan attitude ternyata adalah rangkaian dari habit yg harus dipupuk sejak dini. Di era dewasa ini dan kehidupan dewasa ini penting karena nantinya habit kecil kecil kitalah yg akan membuat manners Kita terhadap kejadian terhadap orang lain yang tentunya tidak akan kita ketahui ke depannya akankah menjadi takdir besar kita ataukah hanya numpang lewat saja.  Bapak pernah memberitahumu tentang memilih dengan dewasa, memilih dengan bertanggung jawab dan teknisnya seperti apa. ketika kita memilih untuk berbuat ataupun tidak berbuat tentu kita akan tahu konsekuensinya. Bapak ulangi, kita harus menakar konsekuensinya. Penyesalan adalah hal yang hadir ketika ekspektasi tidak sesuai dengan realita. Ketika ada diskrepansi antara apa yang kita perhitungkan...

Kurva Lubchenko

Kurva Lubchenko adalah kurva untuk menaksir perkiraan berat badan janin pada kehamilan, apakah janin tersebut kecil sesuai atau besar dari masa kehamilan. Berikut wallpaper Hp yang dapat didownload untuk anda. Feel free to take pals.