Definisi Pocket abscess subkutis adalah infeksi terbentuk di bawah kulit yang dapat terjadi setelah prosedur obstetri, seperti operasi caesar atau tindakan obstetrik lainnya. Abses ini terbentuk ketika bakteri menginfeksi ruang atau kantong di jaringan subkutan, menyebabkan pembentukan nanah. Pocket abscess dapat berukuran bervariasi dan menyebabkan komplikasi pada penyembuhan luka pasca-operasi.
Epidemiologi Pocket Abscess Subkutis pada Operasi Obstetri
Pocket abscess subkutis setelah operasi obstetri adalah salah satu komplikasi yang relatif jarang terjadi, tetapi dapat berdampak signifikan pada pemulihan pasca-operasi dan kesehatan ibu. Infeksi ini umumnya terjadi setelah prosedur obstetrik yang melibatkan luka besar, seperti operasi caesar, episiotomi, atau histerektomi. Walaupun angka kejadian spesifik untuk pocket abscess subkutis tidak banyak dilaporkan dalam literatur, infeksi pasca-operasi secara umum cukup sering terjadi dan dapat berkembang menjadi abses pada beberapa kasus.
Faktor Risiko
1. Jenis Prosedur Obstetrik: Operasi caesar merupakan prosedur dengan risiko infeksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan normal. Risiko ini meningkat dengan adanya pemakaian alat bedah yang lebih invasif, pembukaan lapisan jaringan yang lebih luas, dan waktu operasi yang lebih lama.
2. Kondisi Kesehatan Ibu: Ibu dengan kondisi medis yang mendasari, seperti diabetes mellitus, obesitas, atau gangguan sistem kekebalan tubuh, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan infeksi setelah operasi.
3. Keadaan Sanitasi dan Perawatan Luka: Kualitas perawatan luka pasca-operasi sangat mempengaruhi risiko infeksi. Kebersihan luka dan teknik aseptik selama prosedur bedah dan pemulihan sangat penting dalam mencegah infeksi.
4. Penggunaan Antibiotik Profilaksis: Penggunaan antibiotik profilaksis yang tidak tepat atau terlambat dapat meningkatkan risiko infeksi, termasuk abses subkutis.
Insiden dan Prevalensi
Insiden infeksi pasca-operasi dalam obstetri, termasuk abses subkutis, dilaporkan berkisar antara 1% hingga 10% dari semua prosedur bedah besar, dengan angka yang lebih tinggi ditemukan pada pasien yang mengalami komplikasi seperti obesitas atau diabetes.
Beberapa studi melaporkan bahwa sekitar 1-2% dari pasien yang menjalani operasi caesar dapat mengalami infeksi pada luka bedah, meskipun tidak semua infeksi ini berujung pada pembentukan abses subkutis.
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa risiko infeksi lebih tinggi pada pasien yang memiliki beberapa faktor risiko seperti panjangnya durasi operasi, tidak menggunakan antibiotik profilaksis dengan benar, atau memiliki infeksi saluran kemih atau gangguan lainnya sebelum operasi.
Tren dan Perubahan Seiring dengan peningkatan kesadaran tentang kebersihan dan penggunaan antibiotik profilaksis yang lebih efektif, angka kejadian abses subkutis pasca-operasi obstetrik secara umum menurun. Namun, meskipun demikian, resistensi antibiotik yang meningkat dan munculnya strain bakteri baru, seperti Staphylococcus aureus yang resisten terhadap metisilin (MRSA), masih menjadi tantangan besar dalam pengendalian infeksi pasca-operasi.
Pengaruh Komplikasi terhadap Kesehatan Komplikasi infeksi pasca-operasi, termasuk pocket abscess, dapat memperburuk proses pemulihan pasien, memperpanjang masa rawat inap, dan meningkatkan biaya pengobatan. Infeksi yang tidak segera diatasi dapat menyebar ke jaringan yang lebih dalam atau menyebabkan sepsis, yang berpotensi mengancam nyawa
Patofisiologi Infeksi pada pocket abscess subkutis disebabkan oleh bakteri yang masuk ke dalam jaringan melalui luka atau insisi yang dibuat selama prosedur obstetri. Bakteri yang paling sering ditemukan adalah Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Setelah bakteri menginfeksi jaringan, tubuh merespons dengan reaksi inflamasi yang menyebabkan pembentukan nanah sebagai upaya untuk melawan infeksi. Jika tidak ditangani dengan tepat, infeksi ini dapat menyebar lebih dalam ke jaringan atau organ lainnya.
Tanda dan Gejala Tanda dan gejala pocket abscess subkutis antara lain:
1. Pembengkakan Lokal: Area di sekitar insisi atau luka pasca-operasi mengalami pembengkakan yang dapat terasa nyeri.
2. Rasa Nyeri: Penderita sering merasakan rasa nyeri yang terlokalisir pada area infeksi.
3. Kemerahan dan Peradangan: Kulit di sekitar abses tampak merah dan terasa panas akibat peradangan.
4. Nanah atau Sekresi: Jika abses pecah, nanah bisa keluar dari luka yang tidak sembuh.
5. Demam: Pada beberapa kasus, infeksi bisa menyebabkan demam sebagai reaksi sistemik tubuh terhadap infeksi.
Kriteria Diagnosis Diagnosis pocket abscess subkutis dibuat berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pemeriksaan penunjang. Kriteria diagnosis meliputi:
1. Riwayat Operasi Obstetri: Pasien baru saja menjalani prosedur obstetrik yang melibatkan insisi atau luka, seperti operasi caesar.
2. Tanda Infeksi Lokal: Pembengkakan, kemerahan, nyeri, dan nanah yang terjadi di sekitar area luka.
3. Demam: Peningkatan suhu tubuh yang mengindikasikan adanya infeksi.
4. Pemeriksaan Penunjang: Diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis abses.
Cara Penegakkan Diagnosis Diagnosis pocket abscess subkutis ditegakkan dengan beberapa langkah sebagai berikut:
1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan awal terhadap riwayat medis pasien dan evaluasi gejala fisik.
2. Pemeriksaan Ultrasonografi: Ultrasonografi digunakan untuk mendeteksi keberadaan abses dan mengukur ukuran serta kedalaman abses. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan apakah ada koleksi cairan yang terperangkap di bawah kulit.
3. Tes Laboratorium: Pemeriksaan darah untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi, seperti peningkatan jumlah leukosit dan laju endap darah (LED).
4. Kultur dan Sensitivitas: Jika abses mengeluarkan nanah, kultur bakteri dapat dilakukan untuk mengidentifikasi jenis bakteri penyebab infeksi dan menentukan antibiotik yang tepat.
Pemeriksaan Penunjang (Gambaran Hasil Penunjang)
1. Ultrasonografi: Gambaran ultrasonografi menunjukkan adanya kumpulan cairan yang terperangkap dalam jaringan subkutan. Ini dapat mengonfirmasi diagnosis abses dan menentukan apakah abses tersebut membutuhkan drainase.
2. Laboratorium: Peningkatan jumlah leukosit (leukositosis) dan tingkat C-reactive protein (CRP) yang tinggi biasanya ditemukan pada infeksi.
3. Kultur Nanah: Kultur bakteri dari nanah yang dikeluarkan dari abses dapat menunjukkan spesies bakteri penyebab infeksi, seperti Staphylococcus aureus atau Escherichia coli.
Referensi:
1. Cunningham, F. Gary, et al. Williams Obstetrics. 25th ed. New York: McGraw-Hill Education, 2023.
2. Sarwono, S. W. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi ke-9. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono, 2022.
3. ACOG. Management of Postpartum Infections. American College of Obstetricians and Gynecologists, 2023.
4. RCOG. Green-top Guideline No. 37: Caesarean Section. Royal College of Obstetricians and Gynecologists, 2022.
5. INACOG. Standar Penatalaksanaan Komplikasi Obstetrik. Indonesian College of Obstetrics and Gynecology, 2022.
Komentar