Definisi
Hipokalemia berat pada kehamilan adalah kondisi di mana kadar kalium dalam darah ibu hamil menurun secara signifikan, biasanya kurang dari 2,5 mEq/L. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan fungsi otot dan jantung, yang berpotensi berbahaya bagi ibu dan janin.
Patofisiologi
Kalium merupakan elektrolit yang sangat penting dalam tubuh, terutama untuk kontraksi otot, termasuk otot jantung. Selama kehamilan, perubahan fisiologis yang terjadi, seperti peningkatan volume cairan tubuh dan perubahan hormon, dapat mempengaruhi kadar kalium dalam darah. Beberapa faktor yang berkontribusi pada hipokalemia meliputi:
- Kehilangan Kalium: Muntah berlebihan pada hiperemesis gravidarum, penggunaan diuretik, atau penyakit ginjal.
 - Redistribusi Kalium: Perubahan metabolisme dan pengaruh hormon seperti progesteron dapat menyebabkan redistribusi kalium dari darah ke dalam sel.
 - Penurunan Asupan Kalium: Diet ibu hamil yang rendah kalium atau gangguan pencernaan yang menghambat penyerapan kalium.
 
Tanda dan Gejala
Gejala hipokalemia berat dapat bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan dan penyebab yang mendasarinya:
- Kelemahan otot: Kelemahan yang paling terasa pada otot-otot besar seperti paha dan otot pernapasan.
 - Kram otot: Terutama di area kaki dan tungkai.
 - Aritmia: Ketidakteraturan detak jantung, yang dapat berbahaya jika tidak segera diobati.
 - Fatigue: Kelelahan berlebihan yang disebabkan oleh gangguan fungsi otot.
 - Mual dan muntah: Terkadang, hipokalemia dapat memperburuk gejala mual dan muntah yang sudah ada, seperti pada hiperemesis gravidarum.
 - Hipotensi: Penurunan tekanan darah karena gangguan fungsi jantung.
 
Kriteria Diagnosis
Diagnosis hipokalemia berat pada kehamilan didasarkan pada:
- Kadar kalium serum: Kadar kalium serum < 2,5 mEq/L dianggap sebagai hipokalemia berat.
 - Gejala klinis: Kelemahan otot, kram, dan aritmia jantung pada pasien dengan riwayat gangguan elektrolit atau muntah berlebihan.
 
Cara Penegakan Diagnosis
- Wawancara dan Pemeriksaan Fisik: Mengidentifikasi gejala klinis yang dapat mengarah pada diagnosis hipokalemia, seperti kram otot dan aritmia.
 - Tes Laboratorium: Pengukuran kadar kalium serum merupakan tes utama dalam diagnosis. Hipokalemia berat ditandai dengan kadar kalium < 2,5 mEq/L.
 - Elektrokardiogram (EKG): Dapat menunjukkan perubahan pada gelombang T dan interval QT yang menunjukkan gangguan elektrolit dan dapat membantu dalam mendeteksi aritmia terkait hipokalemia.
 
Pemeriksaan Penunjang
- Tes Kalium Serum: Pemeriksaan utama untuk diagnosis. Kalium serum yang rendah (< 2,5 mEq/L) merupakan indikasi utama hipokalemia berat.
 - Elektrokardiogram (EKG): Mengidentifikasi aritmia yang dapat disebabkan oleh hipokalemia, seperti perubahan gelombang T yang datar atau terbalik, dan interval QT yang memanjang.
 - Tes Fungsi Ginjal: Menilai apakah ginjal berperan dalam kehilangan kalium atau apakah ada gangguan fungsi ginjal yang menyebabkan hipokalemia.
 - Tes Gas Darah Arterial (ABG): Untuk menilai keseimbangan asam-basa, karena hipokalemia berat sering dikaitkan dengan perubahan dalam keseimbangan asam-basa tubuh.
 - Pemantauan tekanan darah: Untuk mengidentifikasi hipotensi yang dapat disebabkan oleh disfungsi jantung akibat hipokalemia.
 
Referensi
- Williams OBSTETRI. Williams Obstetrics, 25th Edition. New York: McGraw-Hill; 2018.
 - Sarwono, S. Pengaruh Ketidakseimbangan Elektrolit pada Kehamilan: Suatu Kajian Terkini. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2020.
 - ACOG. Practice Bulletin No. 204: Gestational Hypertension and Preeclampsia. Obstetrics & Gynecology. 2019;133(1):1-25.
 - RCOG. Managing electrolyte imbalances in pregnancy: A review of current practices and challenges. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. 2019.
 - INACOG. Jurnal Kedokteran Obstetri dan Ginekologi. Vol. 5, No. 2, 2021. Sinta 2.
 
Komentar