Terminasi Kehamilan pada CKD
A. Indikasi Terminasi
Terminasi kehamilan pada pasien dengan CKD dipertimbangkan bukan sebagai kontraindikasi absolut terhadap kehamilan, tetapi sebagai intervensi medis untuk menyelamatkan nyawa ibu bila kehamilan memperburuk kondisi ginjal atau menimbulkan komplikasi berat.
Indikasi utama meliputi:
1. Gagal ginjal terminal (eGFR < 15 mL/min/1,73 m²) dengan peningkatan cepat kreatinin serum dan tanda uremia berat yang tidak respons terhadap terapi konservatif.
2. Hipertensi berat dan tidak terkontrol meskipun sudah diberikan kombinasi terapi antihipertensi yang aman untuk kehamilan.
3. Preeklamsia superimposed berat dengan gangguan fungsi ginjal progresif, edema paru, atau gangguan hati.
4. Proteinuria nefrotik (> 5 g/24 jam) disertai edema refrakter dan gangguan fungsi ginjal progresif.
5. Komplikasi obstetri berat (pertumbuhan janin terhambat berat, distres janin, anhidramnion, atau IUFD) yang membuat kelanjutan kehamilan berisiko tinggi bagi ibu.
6. Anemia refrakter dan asidosis metabolik berat yang memburuk selama kehamilan meskipun sudah mendapat intervensi.
B. Waktu dan Pertimbangan Terminasi
Trimester pertama: terminasi dipertimbangkan pada CKD stadium 4–5 dengan penurunan fungsi ginjal progresif cepat. Prosedur aman dilakukan dengan teknik medis (misoprostol ± mifepristone) atau kuretase vakum manual tergantung kondisi ibu.
Trimester kedua: terminasi medis menggunakan kombinasi prostaglandin lebih disarankan dibanding tindakan operatif.
Trimester lanjut (> 28 minggu): terminasi berarti persalinan dini terinduksi, umumnya atas indikasi maternal/fetal.
C. Etika dan Pendekatan Multidisiplin
Keputusan terminasi harus melibatkan:
Tim multidisiplin (obstetri–nefrologi–anestesi–perinatologi),
Konseling pasien dan keluarga dengan prinsip informed consent,
Evaluasi prognosis ginjal jangka panjang pascakehamilan.
Menurut RCOG 2021 dan ACOG 2022, terminasi boleh dipertimbangkan bila risiko mortalitas ibu > risiko kehilangan kehamilan, dan tidak ada potensi perbaikan dengan terapi konservatif.
---
D. Mode of Delivery (Cara Persalinan) pada CKD
a). Prinsip Umum
Tidak ada mode persalinan tunggal yang wajib untuk semua pasien CKD; tujuan utama adalah persalinan yang aman bagi ibu dan bayi dengan risiko minimal pada ginjal.
Pemilihan mode didasarkan pada:
Stadium CKD dan status fungsi ginjal,
Tekanan darah,
Derajat proteinuria dan status kardiovaskular,
Kondisi obstetri (presentasi janin, status serviks, riwayat seksio),
Kondisi janin (distres janin, IUGR, dll.).
b). Persalinan Per Vaginam
Pilihan utama bila tidak ada kontraindikasi obstetri.
Keuntungan: hemodinamik lebih stabil, kehilangan darah lebih sedikit dibanding seksio sesarea, dan pemulihan lebih cepat.
Induksi persalinan dapat dilakukan bila usia kehamilan ≥ 37 minggu atau terdapat indikasi maternal/fetal (preeklamsia, IUGR, oligohidramnion).
Analgesia epidural aman dan membantu kontrol tekanan darah serta nyeri; hindari nefrotoksik (NSAID postpartum).
Pemantauan ketat tekanan darah, diuresis, dan elektrolit selama proses persalinan.
c. Seksio Sesarea (Caesarean Section)
Indikasi obstetri umum (misalnya malpresentasi, gawat janin, riwayat seksio berulang).
Indikasi medis khusus pada CKD:
Gangguan fungsi ginjal berat dengan kebutuhan kontrol cairan ketat,bRisiko perdarahan tinggi, Ketidakmampuan untuk menjalani persalinan lama akibat dekompensasi kardiovaskular.
Anestesi regional (spinal/epidural) lebih disukai dibanding general anesthesia untuk mencegah fluktuasi tekanan darah ekstrem dan beban ginjal.
Hindari kehilangan cairan berlebih, monitor input–output, dan gunakan cairan kristaloid isotonik.
Profilaksis antibiotik dosis tunggal sesuai pedoman obstetri aman digunakan.
d. Dialisis dan Persalinan
Bila pasien menjalani hemodialisis, lakukan dialisis 24 jam sebelum induksi atau operasi untuk menstabilkan elektrolit dan volume cairan.
Setelah persalinan, sesuaikan kembali jadwal dialisis dan obat antihipertensi yang aman untuk laktasi.
e. Perawatan Pascapersalinan
Observasi ketat fungsi ginjal postpartum; beberapa pasien mengalami perburukan sementara fungsi ginjal akibat kehilangan darah atau hipotensi.
Hindari NSAID dan obat nefrotoksik lain.
Konsultasi lanjutan dengan nefrologi untuk mengevaluasi kebutuhan terapi jangka panjang dan perencanaan kehamilan berikutnya.
---
C. Rekomendasi
Indikasi terminasi Gagal ginjal terminal, hipertensi tak terkontrol, preeklamsia berat, atau komplikasi maternal/fetal yang mengancam nyawa
Waktu terminasi Trimester 1–2 bila prognosis buruk; Trimester 3 → terminasi = persalinan dini
Mode of delivery Per vaginam = pilihan utama bila stabil; Seksio = indikasi obstetri/medis
Anestesi Regional lebih aman; hindari hipotensi
Perawatan postpartum Pantau fungsi ginjal, hindari NSAID, rujuk nefrologi
---
Referensi
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Dashe JS, Hoffman BL, Casey BM, et al. Williams Obstetrics. 27th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2024. Bab “Renal and Urinary Tract Disorders.”
2. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2016. Bab “Komplikasi Kehamilan dengan Penyakit Sistemik.”
3. Wiles K, Chappell L, Clark K, Elman L, Hall M, Lightstone L, et al. Clinical practice guideline on pregnancy and renal disease. BMC Nephrol. 2019;20(1):401. doi:10.1186/s12882-019-1560-2.
4. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG). Pregnancy and renal disease. Practice Bulletin No. 232. Obstet Gynecol. 2022;139(4):e145-e160.
5. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists (RCOG). Chronic kidney disease and pregnancy: Green-top Guideline No. 72. London: RCOG; 2021.
6. KDIGO 2024 Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management of Chronic Kidney Disease. Kidney Int. 2024;105(Suppl 1):S1-S190.
7. Gouveia IF, Santos LF, Dantas LA, et al. Maternal and fetal outcomes of pregnancy in chronic kidney disease: a systematic review. Clin Kidney J. 2021;14(6):1873-1883.
8. Oliverio AL, Parikh CR, et al. End-Stage Kidney Disease and Dialysis in Pregnancy. Am J Kidney Dis. 2020;76(4):572-581.
9. Maharani CR. Tatalaksana kehamilan dengan penyakit ginjal kronis: tinjauan kasus di RS Nasional Cipto Mangunkusumo. Jurnal Kedokteran Indonesia Sinta 2. 2022;10(3):215-222.
---
Komentar